HUSNUDZAN DAN SU’UDZAN
HUSNUDZAN
DAN SU’UDZAN
(AQIDAH
AKHLAK)
KARIMA
ZAHROH, S.Pd
Silahkan Anda pelajari
uraian berikut ini dan Anda kembangkan dengan mencari materi tambahan dari
sumber belajar lainnya.
1. Husnudzan
a. Pengertian
Ada dua istilah
yang sering kita dengar, yaitu Husnudzan dan Su’udzan. Dzan itu
sendiri sering juga diartikan ragu, karena mengandung unsur keragu-raguan,
ketidakpastian, bisa benar bisa salah. Prasangka itu bisa benar bisa salah.
Berprasangka baik disebut Husnudzan sedang berprasangka jelek disebut Su’udzan.
Husnudzan berarti berbaik sangka atau kata lain tidak cepat-cepat berburuk
sangka sebelum perkaranya menjadi jelas.
Dalam kehidupan sehari-hari manusia
akan berinteraksi dengan sesamanya dalam suatu pergaulan. Hal itu disebabkan
manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan suatu pergaulan yang
harmonis perlu dipupuk sikap berbaik sangka antara sesama manusia. Sikap
berbaik sangka meskipun sepintas sepele, akan tetapi sering kita tidak
menyadarinya.
b. Bentuk-Bentuk Husnudzan
1) Husnudzan Kepada Allah Swt.
Sikap Husnudzan
terhadap Allah Swt. hukumnya wajib dan akan sangat mendukung proses
pemantapan jiwa keimanan manusia, bahkan akan melahirkan sikap tawadhu’ dan
selalu mendekatkan diri kepada Allah Swt. Berbaik sangka terhadap semua
ketentuan Allah Swt. merupakan cerminan watak dan karakter manusia sebagai
hamba Allah Swt.
ﻻَ ﻳَﻤُﻮﺗَﻦَّ ﺃَﺣَﺪُﻛُﻢْ ﺇِﻻَّ ﻭَﻫُﻮَ ﻳُﺤْﺴِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ ﺍﻟﻈَّﻦَّ
“Janganlah kamu mati melainkan dalam keadaan berbaik sangka terhadap
Allah Azza Wajalla” (HR. Muslim).
Seharusnya kita mampu melihat kebaikan-kebaikan Allah
Swt. dalam segala hal, rahmat-Nya kepada segenap makhluk-Nya, kasih sayang-Nya
serta magh¿rah-Nya. Ketika kita menghadapi kesulitan kita harus tetap yakin
bahwa Allah telah menyediakan jalan keluar. Serta berkeyakinan bahwa Allah
tidak bermaksud menyulitkan kita.
... مَا يُرِيدُ اللَّهُ لِيَجْعَلَ
عَلَيْكُمْ مِنْ حَرَجٍ...
“Allah
tidak hendak menyulitkan kamu,.”(QS. Al-Maidah [5] : 6)
Sikap Husnudzan
terhadap Allah Swt. akan menenteramkan jiwa serta memantapkan keimanan
manusia. Sikap itu akan melahirkan sikap tawaduk dan tawakal. Sikap Husnudzan
terhadap sesama semua ketentuan Allah Swt. merupakan cerminan watak dan
karakter manusia sebagai hamba yang beriman. Oleh karena itu, manusia harus
yakin bahwa segala sesuatu yang terjadi dalam hidupnya adalah takdir Allah Swt.
Manusia harus yakin bahwa kehidupan ini mutlak sepenuhnya di bawah kontrol Allah
Swt. dengan demikian, sikap Husnudzan terhadap Allah Swt. akan membawa
ketenangan, kedamaian, dan ketentraman hidup manusia.
2) Husnudzan Kepada Sesama
Kita tidak boleh
terburu-terburu berperasangka jelek kepada orang lain sebelum semuanya jelas.
Apalagi dasarnya hanya omongan atau isue yang dihembuskan oleh orang-orang yang
suka memfitnah, mengadu domba dan menggunjing. Berburuk sangka kepada orang
lain akan mendatangkan fittnah dan kekejaman, maka di dalam al-Qur’an diibaratkan
bagaikan memakan daging saudaranya yang sudah mati.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ
آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ ۖ وَلَا
تَجَسَّسُوا وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ
يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ
اللَّهَ تَوَّابٌ رَحِيمٌ۞
Hai
orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya
sebagian prasangka itu adalah dosa dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan
orang lain dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain.
Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati?
Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. Dan bertakwalah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. Al-Hujurat [49] : 12).
Lalu bagaimana
dengan curiga? curiga yang tidak berdasar juga tidak boleh. Yang dianjurkan
adalah sikap waspada dan berhati-hati. Sering kali kita saksikan di antara
terlalu sering berprasangka jelek kepada sesama. Sering pula prasangka kita itu
tidak berdasar dan lebih didorong oleh rasa iri, dengki dan dendam. Serta
sering pula kita salah di dalam menuduh orang lain.
Rasulullah Saw,
dalam melaksanakan tugas dakwahnya tidak kurang dalam meberikan teladan untuk
bersikap positip kepada siapapun, sekalipun itu musuhnya. Nabi yang pernah
dianiaya, dilempari batu dan penghinaan dari orang ka¿r Quraisy, beliau tetap
bersabar. Para sahabat hambir kehilangan kesabaran dan akan menghajarnya, tapi
Nabi melarang dan justru nendoakannya.
3) Husnudzan Kepada Diri Sendiri
Husnudzan terhadap diri sendiri bisa berarti kita bahwa kita harus
mempunyai penilaian baik terhadap diri kita. Jika kita sadar bahwa kita memang
belum baik, maka kita berprangka baik baik diri kita bisa memperbaiki sikap
kita. Husnudzan terhadap diri sendiri juga bisa berwujud sikap percaya
diri, kita percaya bahwa kita bisa menjadi orang yang baik, menjadi manusia
yang dapat meraih cita-cita. Sikap Husnudzan terhadap diri sendiri ini
sangat penting, karena tidak sedikit di antara manusia, yang selalu
berprasangka jelek pada sendiri, menyalahkan diri sendiri, merasa tidak mampu, pesimistis,
dan frustasi.
وَلَا
تَلْمِزُوا أَنْفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ ۖ بِئْسَ الِاسْمُ
الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ ۚ
…… dan janganlah kamu mencela dirimu sendiri dan janganlah kamu panggil memanggil dengan gelar-gelar yang buruk. Seburukburuk panggilan ialah (panggilan) yang buruk sesudah iman. (QS. Al Hujurat [49] : 11).
c. Larangan Su’udzan
Sebaliknya kadang
kala secara tidak sadar manusia berprasangka yang tidak baik terhadap Allah
atau terhadap orang lain. Sikap Su’udzan adalah sikap tercela yang harus
dihilangkan dari jiwa manusia. Tidak diperbolehkan Su’udzan kepada siapa
saja, apalagi Su’udzan terhadap Allah Swt. Yang Maha Kuasa dan Maha
Mengetahui, serta Maha Bijaksana terhadap hamba-hamba-Nya.
Beranikah manusia
berburuk sangka terhadap yang Menciptakan,yakni terhadap Allah Swt. yang Maha
Bijaksana, Maha Mengetahui, Maha Penyayang, Maha Pengampun, Maha Kuasa, dan
Maha Perkasa itu? Hanya orang-orang yang tidak memakai akal, hanya orang-orang yang
aniaya, hanya orang-orang yang celaka, dan orang-orang yang sangat merugi dalam kehidupan di dunia
dan di akhirat sajalah yang bertindak bodoh semacam itu.
وَيُعَذِّبَ
الْمُنَافِقِينَ وَالْمُنَافِقَاتِ وَالْمُشْرِكِينَ وَالْمُشْرِكَاتِ
الظَّانِّينَ بِاللَّهِ ظَنَّ السَّوْءِ ۚ عَلَيْهِمْ دَائِرَةُ السَّوْءِ ۖ
وَغَضِبَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ وَلَعَنَهُمْ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَهَنَّمَ ۖ وَسَاءَتْ
مَصِيرًا
Dan
supaya Dia mengadzab orang-orang muna¿k laki-laki dan perempuan dan orang-orang
musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap
Allah. Mereka akan mendapat giliran (kebinasaan) yang amat buruk dan Allah
memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan mereka neraka jahannam. Dan
(neraka jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali. (QS. Al-Fath [48] : 6)
d. Hikmah dan Keuatamaan Husnudzan
1) Husnudzan akan mendatangkan ketentraman lahir batin
2) Orang yang memiliki sikap Husnudzan pada Allah
menunjukkan bahwa ia telah memiliki jiwa yang takwa, sabar, tabah dan tawakkal
3) Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada
Allah akan senantiasa dicintai Allah karena ia senantiasa menerima terhadap apa
saja yang telah dilimpahkan kepadanya.
4) Orang yang memiliki sikap Husnudzan kepada
sesama manusia akan senantiasa dicintai oleh sesama, karena orang lain merasa
tidak pernah dirugikan oleh ulahnya.
5) Sikap Husnudzan akan menjauhkan seseorang dari
perbuatan keluh kesah, iri, dengki, mem¿tnah, mengadu domba, dendam dan menggunjing.
e. Bahaya dari sikap Su’udzan
1) Su’udzan akan menimbulkan pnederitaan batin bagi pelakunya. Ia akan senantiasa
gerlisah karena batinnya dipenuhi dengan tuduhantuduhan yang tidak berdasar.
2) Su’udzan akan membuat seseorang jauh dari Allah, ia akan keluh kesah
terus menerus, dan menderita tekanan batin.
3) Su’udzan akan menimbulkan retaknya hubungan dengan sesama, terlebih lagi
jika sasaran Su’udzan tersebut mengerti. Dan pada puncakknya Su’udzan
bisa menimbulkan ketegangan bahkan peperangan, karena masing-masing pihak
menaruh kecurigaan kepada pihak lainnya.
4) Su’udzan akan menimbulkan dosa yang lain misalnya, iri, dengki, menuduh,
ghibah, adu domba, fitnah dan lain sebagainya.
5) Su’udzan akan menimbulkan pelakunya dibenci oleh orang-orang sekitarnya,
kita akan dikucilkan dari masyarakat dan menjadi terisolir.
Comments
Post a Comment